video naruto

Rabu, 06 Februari 2013

asal usul dwajal

asal usul dajjal


MENGAPA DAJJAL DISEBUT AL-MASIH

Sebenarnya jika orang mau berpikir sejenak saja, pasti akan menemukan kebenaran, mengapa Dajjal disebut Masihid-Dajjal.
Mengapa Dajjal disebut al-Masih? Karena Dajjal selalu menunaikan tugasnya atas nama “al-Masih”, yang julukan ini diberikan oleh Allah kepada nabi ‘Isa berdasarkan wahyu-Nya.
Diberikannya julukan al-Masih kepada Dajjal menunjukkan, bahwa Dajjal akan menunaikan pekerjaan atas nama orang suci ini, dan inilah sebenarnya yang menyebabkan dia disebut Dajjal atau penipu, karena ia menggunakan nama “al-Masih”, seorang Nabi dan hamba Allah yang tulus, tetapi ia berbuat sesuatu yang bertentangan sama sekali dengan ajaran beliau.
Al-Masih ‘Isa mengajarkan bahwa Allah itu Esa, dan tak ada Tuhan selain Dia yang wajib disembah; tetapi Dajjal mengangkat nabi ‘Isa itu sendiri sebagai Tuhan.
Selanjutnya, al-Masih ‘Isa mengajarkan bahwa semua Nabi adalah hamba Allah yang tulus, tetapi Dajjal mengutuk semua Nabi yang suci sebagai orang berdosa.
Mengapa demikian ? Karena jika para Nabi Utusan Allah ini tak dikutuk sebagai orang berdosa, maka tak perlu timbul Putra Allah yang tak berdosa, untuk menebusi dosa sekalian manusia.
Selanjutnya, al-Masih ‘Isa mengajarkan bahwa setiap orang akan mendapat ganjaran atau hukuman sesuai perbuatan yang ia lakukan, tetapi Dajjal yang berkedok al-Masih mengajarkan bahwa Putra Allah sudah cukup menebusi dosa ummat Kristen.
Al-Masih ‘Isa mengajarkan bahwa orang kaya tak dapat masuk dalam kerajaan Surga, tetapi Dajjal yang mengaku-ngaku al-Masih mengajarkan supaya manusia menumpuk-numpuk kekayaan.
Singkatnya, kitab-kitab Hadits menggunakan julukan “Al-Masihid Dajjal” hanyalah untuk menjelaskan, bahwaDajjal adalah nama lain belaka bagi agama Kristen sekarang ini Nama Al-Masih dan agama al-Masih hanyalah digunakan sebagai kedok untuk menutupi penipuan (dajala) yang ada di belakang itu.
HADITS TENTANG DAJJAL
Hadits tentang Dajjal adalah banyak sekali, dan diriwayatkan oleh sejumlah besar Sahabat Nabi, sehingga tak perlu dipersoalkan lagi tentang mutawatir-nya; walaupun masih perlu dipersoalkan tentang terpenuhinya ramalan itu secara terperinci.
Hadits-hadits itu termuat dalam kitab-kitab Hadits yang amat sahih, bahkan yang termuat dalam kitab Bukhari dan Muslim tak sedikit jumlahnya.
Hadits tentang Dajjal yang termuat dalam Musnad Imam Ahmad bin Hambal berjumlah seratus, dan di antara yang meriwayatkan Hadits; terdapat sahabat kenamaan, seperti sayyidina Abubakar, ‘Ali, Siti ‘Aisyah, Sa’d bin Abi Waqqas; Abdullah bin Abbas, Abdullah bin ‘Umar, Abdullah bin ‘Amr, Abu Hurairah, Abu Said Khudri, Anas bin Malik, Jabir, Hisyam bin Amir, Samrah bin Jundab, Ubayya bin Ka’b, Safinah, Imran bin Husain, Nawas bin Sam’an, Ummu Syarik, Fatimah binti Qais, Ubadah bin Samit, Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, Asma’ binti Yazid, dan Mughirah bin Syu’bah.
Masih banyak Sahabat lagi yang meriwayatkan Hadits tentang Dajjal.Para Sahabat ini semua sependapat bahwa Nabi Muhammad SAW berulang-ulang menceritakan Dajjal, hingga tak perlu diragukan lagi tentang adanya kenyataan bahwa sumber yang mengalirkan ramalan itu adalah Nabi Muhammad SAW sendiri.
APAKAH DAJJAL ITU ORANG ATAUKAH BANGSA ?
Memang benar bahwa kebanyakan Hadits menggambarkan seakan-akan Dajjal itu orang yang bermata satu, yang di dahinya terdapat tulisan Arab yang terdiri dari huruf kaf, fa’ dan ra’ (atau kafara, artinya kafir), dan yang membawa keledai, sungai dan api.
Tetapi jika Hadits-hadits itu kita cocokkan dengan uraian Al-Qur’an, maka akan nampak dengan jelas, bahwa Dajjal bukanlah nama orang, melainkan suatu bangsa, atau lebih tepat lagi, segolongan bangsa.
Dengan tegas Al-Qur’an mempersamakan Dajjal dengan bangsa-bangsa Kristen, dan lagi, Al-Qur’an menyatakan bahwa Dajjal dan Ya’juj wa-Ma’juj bukanlah dua jenis makhluk yang berlainan, karena fitnah yang ditimbulkan oleh mereka itu disebutkan bersama-sama.
Kami juga mempunyai bukti dari kitab Bible yang menerangkan, bahwa Ya’juj wa-Ma’juj adalah bangsa-bangsa Eropa. Dengan demikian teranglah bahwa Dajjal juga berarti bangsa.Sebagaimana telah kami terangkan di muka, fitnah Dajjal itu bersumber pada menangnya agama Kristen.
Ada sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang membuktikan bahwa Dajjal itu bukan orang melainkan bangsa, sebagaimana Roma dan Persi yang diuraikan dalam Hadits itu bukanlah tempat melainkan bangsa.
Hadits itu berbunyi sbb:
“Rasulullah SAW bersabda: Kamu akan bertempur dengan Jazirah Arab, dan Allah akan memberi kemenangan kepada kamu, lalu kamu akan bertempur dengan Persi, dan Allah akan memberi kemenangan kepada kamu; lalu kamu akan bertampur dengan Roma, dan Allah akan memberi kemenangan kepada kamu; lalu kamu akan bertempur dengan Dajjal, dan Allah akan memberi kemenangan kepada kamu”.
Di sini pertempuran dengan Dajjal diuraikan dengan kalimat yang sama seperti pertempuran dengan Arab, Persi dan Roma.
Ini menunjukkan bahwa Dajjal adalah bangsa, seperti halnya Arab, Persi dan Roma. Boleh jadi yang diisyaratkan di sini ialah Perang Salib, tetapi mungkin pula mengisyaratkan peristiwa yang terjadi di dunia pada zaman sekarang. Namun satu hal sudah pasti, yakni bahwa menurut Hadits ini, Dajjal berarti bangsa atau segolongan bangsa; seperti halnya Persi atau Roma.
Tetapi masih saja harus dijelaskan, mengapa dalam Hadits dijelaskan seakan-akan Dajjal itu orang. Sebagaimana telah kami terangkan, semua ramalan Nabi Suci itu didasarkan pada ru’yah atau kasyaf (visiun), dan dalam ru’yah atau kasyaf, suatu bangsa hanya digambarkan sebagai orang-seorang. Sebenarnya, bangsa itu dikenal dari ciri-cirinya; dan dalam ru’yah, ciri-ciri ini hanya dapat diperlihatkan dalam bentuk orang-seorang. Bahkan dalam bahasa sehari-hari, bangsa itu diajak bicara bagaikan orang. Misalnya, Al-Qur’an mengajak bicara bangsa Israil, seakan-akan bangsa Israil itu orang. Bacalah misalnya, ayat Al-Qur’an berikut ini:
“Wahai kaum Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang Aku berikan kepada kamu, dan bahwa Aku memuliakan kamu di atas sekalian bangsa” (2:47).
Kaum Bani Israil yang diperingatkan di sini ialah mereka yang hidup pada zaman Nabi Muhammad SAW, tetapi peristiwa yang dimaksud ialah yang terjadi pada zaman nabi Musa, atau beberapa abad sesudah beliau. Kenikmatan yang teruraikan dalam ayat ini telah diberikan, kepada kaum Bani Israil zaman dahulu, tetapi ayat Al-Qur’an ini ditujukan kepada kaum Bani Israil zaman sekarang yang sedang dalam keadaan hina dan suram. Tetapi seluruh kaum Bani Israil ini dikatakan bagaikan satu orang.
Demikianlah seluruh bangsa Dajjal diperlihatkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam ru’yah bagaikan satu orang, padahal Dajjal seperti yang digambarkan oleh Al-Qur’an menunjukkan bahwa Dajjal adalah segolongan bangsa yang ciri-ciri khasnya sudah dikenal

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More